RAGAM INFORMASI

TENTANG DUNIA PERSAPIAN

Gede Banget! Inilah 5 Fakta Unik Sapi Limosin

Bicara soal sapi, jenisnya memang ada banyak. Mulai dari sapi Bali, Belgian Blue, Brahman, hingga limousin. Di antara sapi-sapi tersebut, sapi limosin merupakan sapi yang paling besar badannya. Dengan bodinya yang gede banget itu, terselip banyak fakta unik tentang sapi limousin. Apa saja itu? Duniasapi.com akan mengajak Anda mengulik 5 fakta unik di sapi jumbo itu.Rasanya tak berlebihan memang kalau menyebut Limosin sebagai raksasanya sapi. Pasalnya, sapi ini benar-benar besar ukurannya. Bobotnya saja, rata-rata bisa mencapai di atas 1 ton.

Malahan jika terlampau subur, sapi Limosin bisa memiliki bobot mendekati 2 ton. Bobot ini hampir setara dengan berat kontainer barang berukuran 20 kaki. Seperti disebut Wikipedia, kontainer barang dengan ukuran tersebut rata-rata bobotnya mencapai 2,4 ton. Jika dibandingkan dengan sapi lokal, bobot sapi limosin pun 3 sampai 4 kali lipatnya.

 

Menjadi Sapi Primadona di Indonesia

Ukuran sapi yang begitu besar membuat Limosin tak difungsikan sebagai sapi pekerja alias digunakan untuk membantu kegiatan pertanian, misalnya, membajak. Sebaliknya, limosin hadir sebagai sapi kelas ‘elite’. Sapi ini spesial dikembangkan untuk diambil dagingnya atau kepentingan ekspor.

 

Perlakuan istimewa

Menyandang gelar sebagai ‘rajanya para sapi’ di Tanah Air, sapi limosin pun mendapatkan perlakuan yang istimewa. Selain tak digunakan sebagai sapi pekerja, para lumosin pun dirawat dengan penuh kelembutan.

Berbeda dengan sapi-sapi biasa yang digunakan untuk membajak atau menarik gerobak yang dimandikan dengan digosok-gosok bandannya menggunakan rumput atau sabut kelapa, ‘prosesi’ mandi sapi limosin lebih ‘wah’. Limosin dimandikan secara lebih manusiawi. Saat mandi digosok menggunakan kuas lembut, bahkan sampai dipijat. Hal ini bertujuan agar pertumbuhan ototnya lebih sempurna.

 

Harganya Selangit!

Umumnya harga sapi dewasa di Indonesia berkisar di atas Rp 10 juta-an sampai Rp 20 juta-an untuk ukuran yang begitu besar dan kualitas sangat prima. Namun, limosin lebih mahal dari harga sapi-sapi pada umumnya. Harganya bahkan bisa menembus puluhan juta hanya untuk yang berumur masih sekitar 1 atau 2 tahun saja.

Dengan harganya yang menjulang, tak heran jika sapi-sapi limosin kerap kali menjadi pilihan para pesohor negeri, termasuk pejabat negara untuk dijadikan hewan kurban. Presiden Jokowi belum lama ini, saat Idul Adha tahun 2019 lalu juga mempersembahkan hewan kurban berupa sapi limosin dengan berat 1,7 ton. Harga sapi tersebut ditengarai menembus angka Rp 100 juta lebih.

 

Asal usul sapi limosin

Melihat berbagai keistimewaan yang dimilikinya itu, pasti ada di antara Anda yang bertanya-tanya, sebenarnya dari mana sapi itu berasal? Apakah sapi itu asli Indonesia?

Sebenarnya, limosin pertama kali dikembangbiakkan di Perancis. Awalnya sapi tersebut berasal dari Haute-Vienne, Prancis. Sapi yang masuk dalam bangsa Bos Taurus itu lantas dipelihara secara masal untuk diambil dagingnya. Tubuhnya besar dan berotot, sehingga kerap digunakan untuk membajak sawah. Namun, hal ini tak terjadi di Indonesia. Limosin lebih dijadikan sebagai sapi pedaging daripada menjadi sapi pekerja. Sementara itu, sapi limosin yang kini populer di Indonesia adalah hasil persilangan antara jenis Ongole dan Brahman.

Nah, demikian 5 fakta unik tentang sapi limosin. Melihat prospeknya yang bagus, sapi ini pantas dijadikan pilihan untuk dikembangkan. Apalagi, mengingat makanan sapi ini juga terbilang mudah didapati. Tak perlu menggunakan pakan buatan pabrik, cukup berikan saja sapi-sapi tersebut dengan rumput yang dibudidaya alami. Sebut saja seperti rumput gajah, rumput gembala, atau jenis kacang-kacangan. Pemberian makanan bisa diselang-seling agar si sapi juga tak bosan. 

Baca juga: Sapi Perah Bunting Harus Minum Air Putih Dengan Jumlah Yang Cukup 

Gejala Dan Penanganan Broyong (Prolapsus Uteri) Pada Sapi

Gangguan reproduksi yang umum terjadi pada sapi diantaranya prolapsus uteri (Broyong) yang sering terjadi pada umur kebuntingan tua. Apabila gangguan reproduksi ini tidak dapat tertangani maka dapat menyebabkan kerugian ekonomi pada usaha peternakan. Baca selengkapnya...

Membangun Kandang Sapi Sederhana Untuk Peternak Pemula

Jika Anda ingin memulai bisnis peternakan sapi, hal pertama yang harus disiapkan adalah kandang yang sesuai dengan jenis ternak dan anggarannya. Kandang untuk jenis sapi potong berbeda dengan kandang untuk sapi perah. Sedangkan anggaran biaya untuk pembuatan kandang sangat tergantung pada jenis materialnya. Baca selengkapnya...

Sapi Dapat Hidup Hingga Usia Berapa Tahun?

Sapi perah adalah jenis sapi yang dikembangbiakkan secara khusus karena kemampuannya dalam menghasilkan susu dalam jumlah besar. Pada umumnya, sapi perah termasuk dalam spesies Bos taurus. Pada awalnya, manusia tidak membedakan sapi penghasil susu dengan sapi potong. Apapun jenisnya, seekor sapi dapat digunakan untuk menghasilkan susu (sapi betina) maupun daging (umumnya sapi jantan). Baca selengkapnya...

Cara Menjinakkan Sapi

Kegiatan menunggang sapi atau gerobak sapi di Desa Bengking menjadi salah satu cara memanfaatkan potensi pertanian dan pariwisata daerah. Pendapatannya memang cukup menggiurkan. Tarif menunggangi sapi senilai Rp50.000 per orang. Sedangkan tarif gerobak sapi ukuran besar senilai Rp250.0000. Gerobak besar bisa ditumpangi 10-12 orang dewasa atau 15-20 anak-anak. Menurut keterangan salah satu peternak sapi di Desa Bengking, yaitu Yanto alias Mas Petruk, untuk dapat menggunakan sapi sebagai hewan… Baca selengkapnya...

Rahasia Merawat Sapi Perah agar Menghasilkan Susu Murni Kualitas Terbaik

Sapi, walaupun jenisnya sama, ternyata bisa menghasilkan susu murni dengan kualitas yang berbeda beda. Ada yang menghasilkan susu kualitas nomor satu, sementara yang lain menghasillkan susu sapi dengan kualitas standar saja. Kualitas susu sapi tak melulu bergantung pada jenis sapi perahnya saja melainkan juga bagaimana cara merawatnya. Baca selengkapnya...
  • Bali Cattle National Asset that Needs to be Preserved

    The government needs to increase the population and productivity of Bali cattle, a national asset other countries do not have, an expert has said. The Bogor Agricultural Institute’s (IPB) animal husbandry professor Ronny Rachman Noor said on Thursday that Bali cattle had often been undervalued by the government because they were local livestock.