RAGAM INFORMASI

TENTANG DUNIA PERSAPIAN

TRANSLATE

Kebumen Adalah Daerah Penghasil Sapi Peranakan Ongole Terbaik

Sapi peranakan ongole (PO) Kebumen merupakan aset ternak Jawa Tengah yang mempunyai nilai ekonomi dan sosial yang tinggi. Sapi PO Kebumen terbukti mempunyai pertumbuhan lebih baik dibandingkan sapi PO pada umumnya yang tersebar di Indonesia, dilihat dari segi bobot yang mencapai 900 kg.

Kemudian ketahanan terhadap kondisi pakan yang terbatas serta memiliki sifat penotipik yang khas, yaitu gelambir tebal berlipat-lipat membentuk garis lurus dan tidak putus mulai dari dagu sampai ke ambing. Penampilannya  juga menarik, berwarna putih polos dan jinak.

Keunggulan sapi PO Kebumen terlihat pada saat pelaksanaan kontes  ternak sapi potong Jawa Tengah dan DIY yang dilaksanakan di Kabupaten Klaten pada November  2014 lalu. Sapi-sapi  PO  Kebumen mendominasi kejuaran kontes dengan memenangkan tujuh kategori.

Karena begitu besar potensi sapi PO ini, Kementrian Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 358/Kpts/PK.040/6/2015, menetapkan bahwa sapi peranakan onglole (PO) Kebumen sebagai kekayaan sumber genetik ternak lokal Indonesia dan harus dilindungi dan dilestarikan.

Dilansir dari Disnakkeswan,jatengprov.go.id,  Senin (1/11/2021), terbentuknya sapi PO Kebumen ini merupakan jerih  payah dari masyarakat Kabupaten Kebumen, khususnya di Kecamatan Ambal, Buluspesantren, Klirong, Petanahan, Puring, dan Mirit.

Masyarakat di wilayah tersebut telah membudidayakan ternak sapi PO secara turun temurun hingga mendapatkan keturunan sapi PO Kebumen yang dikenal saat ini. Dimulai tahun 1900, saat itu Residen Bagelen Burnaby Lautier asal Belanda, mendatangkan sapi Benggala/Ongole dari Zebu, India, kemudain dikawinkan dengan sapi Jawa sehingga menghasilkan sapi yang terkenal dengan nama Benggala Jawa.

Sapi inilah yang menjadi bibit sapi paling  populer di daerah Mirit dan Kutoarjo dan menyebar hingga daerah Yogyakarta.

Tahun 1906 hingga 1917, didirikan peternakan sapi di Mirit dengan nama “Mirit Banteng” dan dikembangkan dua jenis sapi, yaitu sapi Jawa dan sapi Benggala. Pemerintah Kolonial Belanda kemudian mengimpor lagi sapi Ongole dari India pada 1935, untuk dikembangkan di  Mirit.

Tahun 1953, mulai dikenalkan inseminasi buatan.  Dan pada tahun 1965-1975, Drh. Barkah mulai mengembangkan peternakan sapi PO.

Tahun 1976, Pemerintahan Soeharto mendatangkan 4 ekor Pejantan Ongole dan Brahman dari India, untuk dikembangkan di Mirit  serta dijaga kemurniannya sampai dengan sekarang.

Berdasarkan, hasil penelitian Aryogi pada 2006 silam, Sapi PO Kebumen adalah sapi Madras (Madjapahit Ras) yang disilangkan dengan sapi Jawa, sapi Ongloe dan sapi Brahman, dari generasi ke generasi

Harga jual sapi PO ini bervariasi, tergantung dari gender serta  kualitas sapi. Untuk sapi jantan dengan kualitas baik , harganya bisa mencapai Rp10 -an juta sedangkan yang betina hanya terpaut dua juta lebih murah, yaitu sekitar Rp8an juta. Biasanya sapi yang dijual masih “pedetan” atau masih muda yang usianya sekitar 5 bulan karena di usia itu, harga sapi PO Kebumen bisa sangat tinggi.