RAGAM INFORMASI

TENTANG DUNIA PERSAPIAN

Manajemen Sapi Perah Bunting

Sekarang ini semakin banyak orang beternak sapi. Namun tidak semua peternak memahami manajemen yang baik untuk memelihara sapi. Sampai saat ini, produksi sapi perah Indonesia belum mencukupi kebutuhan susu nasional. Salah satu penyebabnya adalah manajemen pemeliharaan yang kurang profesional. Perawatan hewan sapi tidak cukup dengan memberi pakan yang baik serta kandang yang nyaman, melainkan juga memahami kondisi setiap hewan ternak di peternakan.

Salah satunya sebuah situasi khusus yang akan dialami setiap sapi betina, yaitu kebuntingan. Masa bunting seekor sapi merupakan masa paling krusial karena menjadi penentu kualitas keturunan yang akan dilahirkan. Sapi perah bunting harus mendapat manajemen yang baik berupa perawatan khusus sampai tiba waktunya melahirkan. Kebutuhan yang wajib diperhatikan adalah makanan serta kesehatan. Pemberian pakan berkualitas rendah menimbulkan efek buruk pada calon anak sapi.

Seekor sapi bunting sangat membutuhkan gerak badan untuk memudahkan proses kelahiran. Peternak sebaiknya menempatkan sapi bunting di kandang khusus dan melepaskannya di padang rumput setidaknya 2 jam/hari. Sapi yang mengalami stres di masa bunting berisiko terkena Retentiosecundinarium atau ketinggian ari. Beberapa perawatan sapi bunting yang harus dilakukan yaitu:

Manajemen Yang Baik Pada Masa kering

Adalah masa pemberhentian pemerahan susu selama kurang lebih 2 bulan. Tujuannya supaya tubuh induk memiliki cadangan makanan serta memanfaatkan vitamin dari pakan yang dimakan. Dengan demikian, pertumbuhan anak sapi di dalam kandungan tetap terjaga. Ada 3 macam proses pengeringan yang dapat dilakukan, yaitu:

  • Pemerahan berselang; Pemerahan dilakukan secara berselang sampai akhirnya tidak dilakukan sama sekali hingga sapi melahirkan. Contoh, pemerahan sehari sekali, 2 hari sekali, dan 3 hari sekali sampai akhirnya berhenti.
  • Pemerahan tidak lengkap; Pemerahan susu dilakukan setiap hari. Namun tidak semua puting diperah. Pemerahan tidak lengkap berlangsung beberapa hari sampai akhirnya tidak diperah sama sekali.
  • Pemerahan mendadak; Sebelum dilakukan pemerahan mendadak, sapi bunting mendapat obat penguat 3 hari sebelumnya. Selain itu makanan hijau seperti rumput dan tanaman dikurangi, yaitu hanya ¼ dari biasanya. Langkah ini menjadi lebih efektif jika dikombinasikan dengan pemerahan berselang, yaitu mampu memperkecil gangguan kesehatan ambing.

Manajemen Yang Baik Untuk Pemberian Pakan

Pemberian pakan akan memengaruhi kesehatan induk dan calon anak sapi. Oleh sebab itu, komposisinya perlu diperhitungkan guna meminimalkan masalah metabolik di masa melahirkan atau setelahnya.Di awal masa kering, sapi mendapat sedikit hijauan dan penghentian konsentrat. Kemudian di akhir masa kering, hijauan diberikan seperti biasa dan pemberian konsentrat ditingkatkan.

  

Kebutuhan kandang

  • Ukuran ideal sebuah kandang sapi bunting adalah 2,5x7x1 meter dan dibentuk koloni berisi 3 sampai 4 ekor sapi bunting. Kandang ini tidak diberi sekat, sebab sapi memerlukan ruang gerak. Lantai kandang tidak boleh terlalu miring atau melebihi 50 untuk menghindari jatuh akibat tergelincir.
  • Kebersihan kandang harus selalu dijaga kebersihannya agar sapi tidak mengalami sakit parah. Pun pembuangan air di dalam kandang perlu diperhatikan. Jangan sampai ada genangan air di dalam kandang.
  • Kemudian, induk sapi sebaiknya mandi dengan larutan pencuci hama supaya terhindar dari bakteri dan virus.

Manajemen yang baik untuk perawatan sapi bunting dilanjutkan sampai memasuki fase melahirkan dan laktasi. Setelah melahirkan, sapi tidak boleh diperah karena anak sapi membutuhkan gizi yang cukup dari kolostrum yang dihasilkan. Jeda waktu penghentian pemerahan setelah melahirkan berkisar antara 1½ sampai 2 bulan lamanya. Setiap peternak seharusnya diwajibkan menerapkan cara ternak sapi seperti ini supaya produksi susu semakin meningkat.

Baca juga: Harga Sapi Perah Dan Cerita Tentang Keju Mozarella Khas Malang. Klik disini

Artikel terkait

Mengenal Sapi Simental yang Jadi Primadona di Indonesia

Sapi Simental – Di Indonesia terdapat banyak macam sapi yang dibudidayakan. Baik untuk sapi pedaging atau sapi perah. Salah satu jenis sapi yang cukup terkenal di kalangan peternak adalah sapi Simental. Baca selengkapnya...

Membangun Kandang Sapi Sederhana Untuk Peternak Pemula

Jika Anda ingin memulai bisnis peternakan sapi, hal pertama yang harus disiapkan adalah kandang yang sesuai dengan jenis ternak dan anggarannya. Kandang untuk jenis sapi potong berbeda dengan kandang untuk sapi perah. Sedangkan anggaran biaya untuk pembuatan kandang sangat tergantung pada jenis materialnya. Baca selengkapnya...

Harga Sapi Perah Dan Cerita Tentang Keju Mozarella Khas Malang

Untuk membuka usaha peternakan sapi perah, sebaiknya menggunakan Sapi Friesian Holstein. Sapi asli Belanda ini memang dikenal sebagai ternak sapi yang paling produktif karena mampu menghasilkan susu yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan sapi perah jenis lainnya. Itu sebabnya banyak orang mencari informasi mengenai harga sapi perah Friesian Holstein terkini. Baca selengkapnya...

Berapa Jumlah Pakan Yang Harus Diberikan Untuk Sapi Dengan Berat 200 Kg?

Seorang peternak sapi wajib mengetahui jenis pakan sapi potong ternak yang paling tepat, tidak hanya dari segi harga, tapi juga bisa menghitung nutrisi dengan mempertimbangkan kebutuhan dari ternak yang dipeliharanya. Empat kunci penting dalam menyusun ransum ternak, yaitu bahan bakunya mudah diperoleh, bahan pakan bervariasi, disukai oleh ternak, dan harganya juga terjangkau. Baca selengkapnya...

Rahasia Merawat Sapi Perah agar Menghasilkan Susu Murni Kualitas Terbaik

Sapi, walaupun jenisnya sama, ternyata bisa menghasilkan susu murni dengan kualitas yang berbeda beda. Ada yang menghasilkan susu kualitas nomor satu, sementara yang lain menghasillkan susu sapi dengan kualitas standar saja. Kualitas susu sapi tak melulu bergantung pada jenis sapi perahnya saja melainkan juga bagaimana cara merawatnya. Baca selengkapnya...
  • Bali Cattle National Asset that Needs to be Preserved

    The government needs to increase the population and productivity of Bali cattle, a national asset other countries do not have, an expert has said. The Bogor Agricultural Institute’s (IPB) animal husbandry professor Ronny Rachman Noor said on Thursday that Bali cattle had often been undervalued by the government because they were local livestock.