Budidaya sapi bibit memang mengandalkan pedet sebagai hasil usaha, selain penambahan bobot pada induknya. Banyak hambatan dan kendala yang harus dihadapi, diantaranya, kekurangan nutrisi dan gangguan reproduksi. Seperti kesulitan melahirkan (distokia). Hal tersebut bisa terjadi salah satunya karena perkawinan yang belum cukup umur.
Usaha pembibitan sapi potong yang dipelihara secara tradaisional, produktivitas masih rendah, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan peternak. Penyebabnya adalah peternak kurang memperhatikan pakan dan perawatan pada induk yang bunting, melahirkan, hingga menyusui, serta cara penyapihan pedet yang kurang tepat.
Apakah anda kesulitan mengelola administrasi keuangan terutama yang menyangkut pengelolaan iuran, tabungan dan simpan pinjam? Kini telah tersedia sebuah platform aplikasi android, yang merubah pekerjaan administrasi secara manual yang melelahkan, menjadi sistem digital yang praktis, mudah dikerjakan dan transparan.
Gangguan reproduksi yang umum terjadi pada sapi diantaranya prolapsus uteri (Broyong) yang sering terjadi pada umur kebuntingan tua. Apabila gangguan reproduksi ini tidak dapat tertangani maka dapat menyebabkan kerugian ekonomi pada usaha peternakan.
Broyong atau dalam bahasa ilmiahnya Prolapsus uteri, adalah sebuah kondisi dimana rahim (uterus) ternak betina keluar dari tubuh (pembalikan uterus) pada saat ternak betina tersebut merejan. Kondisi ini akan selalu berulang kecuali dengan penanganan yang cermat. Pada beberapa kasus broyong, mukosa uterus keluar dari badan melalui vagina secara total, ada pula yang hanya sebagian. Akibat broyong, seekor sapi di Purwakarta dengan tinggi 120 sentimeter dengan bobot kehamilan mencapai 330 kilogram harus menjalani operasi caesar.
Satu rahasia merobohkan sapi dengan cara mudah adalah menggunakan metode tali temali. Selain tidak memerlukan banyak tenaga, dengan metode ini,sapi juga bisa roboh dengan cepat. Demikian yang dikatakan olah Marwanto, pria yang sudah puluhan tahun menjadi penjagal hewan dari kampung jagal, Sukoreno, Sentolo. Ia mendapatkan yang memdapatkan metode ini dari salah satu dosen UGM.
Kegiatan menunggang sapi atau gerobak sapi di Desa Bengking menjadi salah satu cara memanfaatkan potensi pertanian dan pariwisata daerah. Pendapatannya memang cukup menggiurkan. Tarif menunggangi sapi senilai Rp50.000 per orang. Sedangkan tarif gerobak sapi ukuran besar senilai Rp250.0000. Gerobak besar bisa ditumpangi 10-12 orang dewasa atau 15-20 anak-anak. Menurut keterangan salah satu peternak sapi di Desa Bengking, yaitu Yanto alias Mas Petruk, untuk dapat menggunakan sapi sebagai hewan tunggangan ada beberapa tips untuk peternak yang harus diperhatikan yaitu:
Di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, terdapat sapi lokal yang disebut Jabres. Jabres adalah singkatan dar kata 'Jawa' dan 'Brebes'. Sapi jabres diduga merupakan hasil persilangan antara sapi madura atau sapi bali dengan sapi lokal atau ongole. Sapi ini berkembang dengan baik di daerah dataran tinggi Kabupaten Brebes bagian selatan.
Sapi pasundan adalah ternak asli Jawa barat, ada beberapa daerah lebih dikenal dengan sebutan sapi rancah, sapi kacang dan sapi pesisir. Populasinya menyebar di dua wilayah penting, yakni wilayah sepanjang pesisir selatan Jawa Barat, antara lain Kabupaten Pangandaran, Tasikmalaya, Garut, Cianjur, Sukabumi, Ciamis, Kuningan, Majalengka, Sumedang, Indramayu dan Purwakarta. Dan wilayah buffer zone hutan lindung sepanjang wilayah Priangan utara.
Bangsa sapi lokal terbukti memiliki beberapa keunggulan antara lain: mudah beradaptasi dengan lingkungan tropis, memiliki sifat resistensi cukup baik terhadap penyakit daerah tropis, dan memiliki kemampuan beradaptasi pada kondisi ketersediaan pakan (hijauan) yang terbatas dan bergizi rendah. Selain itu, sapi lokal juga berperan penting dalam sisitem usaha tani di perdesaan dan telah dipelihara peternak dalam waktu yang lama. Salah satunya adalah Sapi Pesisir, sapi asli yang berkembang di kawasan pesisir Sumatera Barat.
Lagi...
Sapi Krui (jawi peghia) adalah sebutan bagi jenis sapi lokal yang berkembang di kawasan Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung. Asal-Usul Sapi Krui merupakan persilangan antara Bos indicus dan Bos sondaicus yang dikawinkan secara alami dan dipelihara secara turun temurun oleh masyarakat di daerah ini.
Untuk mengatasi sapi yang terkena penyakit, yang harus dilakukan pertama kali adalah menghilangkan penyebab penyakit dan mengatasi efek yang ditimbulkan. Contohnya adalah Diare, penyakit yang membuat sapi menjadi sering buang air besar dengan kondisi tinja yang encer atau berair (mencret). Diare pada sapi umumnya disebabkan oleh beberapa faktor fisiologis berupa perubahan lingkungan ternak, yang meliputi: perubahan pakan, perpindahan ternak, perubahan cuaca, dan pergantian pemeliharaan.
Selain rutin membersihkan kotoran di kandang, baik kotoran padat maupun cair, peternak tersebut juga memberikan pengasapan kecil atau bediang di sekitar area kandang sapi. Dan untuk mencegah lalat menempel pada kaki sapi, disemprotkan sedikit cairan solar.Untuk mencegah sapi terserang penyakit juga diberikan ramuan yang dicampurkan pada pakan, Racikannya diperoleh turun temurun menggunakan bahan2 yang mudah didapat sesuai kebutuhan, antara lain Kunir dan bawang putih.
PMK atau dikenal juga sebagai Foot and Mouth Disease (FMD) dan Apthtae Epizooticae adalah penyakit hewan menular bersifat akut yang disebabkan virus.Mengapa kita harus waspada terhadap penyakit PMK?