RAGAM INFORMASI

TENTANG DUNIA PERSAPIAN

TRANSLATE

Reza Abdul Jabbar, Peternak Sapi Perah Asal Indonesia Yang Sukses di Selandia Baru

Tak salah rasanya jika menilik pada ungkapan yang umum didengar di masyarakat bahwa ‘merantaulah untuk memperbaiki nasib’. Meski tak sedikit orang tak juga berhasil setelah merantau jauh dari kampung halaman, tetapi banyak pula orang yang menuai sukses besar setelah beranjak jauh dari tanah kelahirannya. Hal ini salah satunya dirasakan oleh Reza Abdul Jabbar, seorang peternak sapi perah di Selandia Baru, tetapi asal Indonesia.

Menakjubkannya lagi, ia pun tak sekedar beternak, melainkan juga aktif berkecimpung di berbagai organisasi dan mengajar hingga dirinya menjadi sosok yang cukup diperhitungkan. Sepintas membaca kalimat terakhir di paragraf di atas, barang kali tak sedikit pembaca yang berpikir bagaimana bisa meraih sukses beternak sapi di negeri yang notabene-nya merupakan ‘kampungnya para peternak sapi’?

Bagaimana pula ia menjadi sosok yang diperhitungkan di negeri orang? Menjawab rasa penasaran Anda, berikut kami akan mengajak Anda mengulik kisah sang peternak sukses asal Indonesia tersebut.

Reza Abdul Jabbar adalah pria kelahiran Pontianak, Kalimantan Barat, pada 1975 silam. Darah bisnis memang sudah mengalir dari sang ayah. Ayah Reza adalah seorang pengusaha yang bergerak di bidang farmasi, tekstil dan konstruksi infrastruktur. Reza kecil pun bercita-cita menjadi seorang petani. Mendengar putranya yang kala itu baru berusia 7 tahun mengungkapkan cita-citanya tersebut, ayahnya pun berupaya membantunya. Hal itu diwujudkan dengan menyiapkan pendidikan yang baik bagi Reza.

Usai mengenyam pendidikan beberapa kali di Singapura, Reza pun akhirnya melanjutkan pendidikan tahun terakhirnya di Glenfield College Auckland. Selanjutnya, ia mempelajari ilmu pertanian di Massey University sebelum akhirnya menyelesaikan gelar masternya dan menjadi asisten manager di peternakan sapi perah di luar Hamilton.

Nasib baik rupanya mulai berpihak padanya. Dalam waktu beberapa bulan pasca menjadi asisten manager, Reza lantas dipromosikan sebagai manager pertanian. Kala itu, usianya masih cukup muda, yaitu 22 tahun. Di tempat inilah ia kemudian bertemu dengan Silvia - yang dikemudian hari ia nikahi. Dari pernikahan tersebut, ia dikaruniai 5 orang anak.

Bersama dengan istrinya, Reza berupaya mewujudkan mimpinya menjadi peternak sukses. Bukan tanpa alasan Reza memilih Selandia Baru sebagai tempatnya mengadu nasib dan akhirnya mewujudkan mimpinya menjadi seorang petani atau peternak sapi perah.  Reza menyebut Kalimantan Barat mirip dengan Auckland puluhan tahun silam.

"Kalimantan Barat lebih mirip seperti salah satu kota di Selandia Baru, Auckland 20 tahun yang lalu, yang akhirnya memberi awal yang baik bagi (saya) untuk (memulai usaha) pertanian," tandasnya seperti pernah dilansir New Zealand Herald pertengahan tahun pertama 2018 silam.

Pasangan itu pun lantas memutuskan membeli 185 hektar tanah di Timur laut Invercargill pada 2007 silam. Ia kemudian juga membeli properti tetangga dan kini mengoperasikan dua peternakan sapi perah dan tiga blok pendukung.

Di dalam peternakan tersebut dipelihara lebih dari 1.000 ekor sapi perah yang setiap hari diambil susunya. Capaian ini membuat Reza dan istrinya menjadi sosok yang cukup diperhitungkan di wilayahnya - yang sebenarnya cukup konservatif.

Reza menjadi anggota dewan pengurus Gorge Road School. Bersama istrinya, Reza pun menjadi penerjemah untuk kepolisian setempat dan menjadi konsulat jenderal untuk RI di wilayah tersebut.

Meski telah menjadi peternak sapi perah yang sukses, Reza tetap meluangkan waktunya untuk mengajar di sekolah dan organisasi-organisasi. Alasanya, meski dari peternakan mampu menghasilkan uang, tetapi tidak ada yang lebih berharga dari pada melayani orang lain.

"Ya kami sibuk, semua orang sibuk, tapi anda harus memberikan sesuatu (terhadap orang lain), (peternakan) ini memang bagus untuk bisnis dan menghasilkan uang, namun tidak ada yang lebih berharga daripada melayani orang lain," paparnya.

Selain dikenal sebagai peternak sukses dan aktif di berbagai organisasi, Reza pun dikenal sebagai sosok yang religius. Pria berjenggot lebat itu pun biasa mengisi khotbah Jumat di masjid di Invercargill. Sisi lain yang bisa dilihat dari seorang Reza ialah sangat bersahabat dengan hewan. Sebagai peternak memang bukan hal mengejutkan jika menyayangi ternak-ternaknya. Namun, Reza juga memiliki kebiasaan unik lainnya, yaitu berjalan-jalan dengan orang utan peliharaannya.

Ia menganggap mamalia yang masuk kategori hewan dilindungi itu bak saudaranya sendiri. Tanpa ragu bahkan mereka bergandengan tangan pergi ke kota. “Mereka seperti saudara bagi saya. Kami biasa membawa mereka ke kota dengan berpegangan tangan dan itu sangat keren,” sebutnya.

Menilik dari berbagai kehidupan sang peternak sapi perah sukses di atas bisa diambil kesimpulan bahwa dibutuhkan kesungguhan dalam menggapai cita-cita dan dibutuhkan proses yang tidak instan.  Terlahir dari keluarga pebisnis sekalipun, ternyata Reza tetap butuh perjuangan untuk mewujudkan mimpinya.

Reza bahkan mengawali mimpi besarnya jauh sebelum usia 10 tahun. Ia pun butuh waktu bertahun-tahun untuk menimba ilmu di negeri orang hingga akhirnya pula bisa sukses di negeri orang.

Satu lagi pelajaran yang bisa dipetik dari Reza, ‘keluarga memiliki peran sangat penting dalam mendukung karir seseorang’. Istrinya yang dengan setia mendampingi Reza hingga ujung kesuksesan kembali membuktikan ungkapan lawas ‘di balik kesuksesan pria, ada wanita yang mendukungnya’

Baca juga: Harga Sapi Perah Dan Cerita Tentang Keju Mozarella Khas Malang. Klik disini

  • Sederet Kesulitan Budidaya Sapi Belgian Blue di Indonesia

    Mari membahas soal kesulitan budidaya Sapi Belgian Blue di Indonesia, yang terus menemui hal-hal baru. Alih-alih menciptakan rumpun sapi lokal unggulan sesuai harapan pemerintah, pengembangan sapi berotot ganda atau double muscle justru menuai banyak masalah. Terdapat kekhawatiran penyebarannya berpotensi merusak kelestarian sapi-sapi lokal.

Cara Merawat Bayi Sapi (Pedet) Sebelum Dan Sesudah Kelahiran

Peternak harus memiliki kemampuan merawat bayi sapi (pedet) mulai dari kandungan hingga proses kelahiran. Karena, tingkat kematian anak sapi perah (pedet) cukup tinggi, bisa mencapai 10% dari jumlah kelahirannya dalam setahun. Jumlah ini bisa saja meningkat atau menurun. Semuanya tergantung dari kemampuan peternak sapi perah dalam memberikan perlakuan terbaik kepada pedet, mulai dari kandungan hingga kemudan lahir. Baca selengkapnya...

Mengapa Mayoritas Sapi Untuk Kurban Dari Para Pejabat Adalah Jenis Limosin?

Warga Kecamatan Gantung sangat antusias menyaksikan sapi untuk kurban bantuan Presiden Jokowi yang dilaksanakan di masjid Alhikmah, tepatnya di Desa Lenggang, Belitung Timur. Bahkan beberapa diantaranya rela memanjat bangunan hanya untuk melihat melihat proses penyembelihan sapi jenis persilangan limosin-Madura tersebut. Baca selengkapnya...

Jangan Sampai Merugi Akibat Salah Merancang Tempat Pakan Ternak Sapi

Perencanaan usaha adalah sebuah proses untuk menentukan tujuan, visi, misi, strategi, prosedur, kebijakan serta program dan anggaran yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah usaha tertentu. Dengan menentukan langkah penyusunan perencanaan usaha, bisnis sapi yang akan djalankan bisa berkembang dan meminimalisir kegagalan usaha. Baca selengkapnya...